Pendidikan Seks untuk Anak: Kapan & Apa yang Harus Diajarkan?
Kapan sih kita sebagai anak harus tau tentang Pendidikan seks dan kapan orang tua harus mengajarinya anaknya Pendidikan seks?
Sebagai remaja yang rasa penasaran tinggi dan baru mengenal dunia, kita pasti punya banyak pertanyaan khususnya tentang seks dan relationship. Tapi apa aja yang harus kita tau sesuai umur kita? Harus belajar dari mana? Jangan khawatir, bukan cuma kamu, tapi terkadang orang tua juga bingung kok apa yang harus diajari ke anak-anaknya.
Nah di artikel ini, Happifyourworld akan ngasih tau kamu sebagai anak dan orang tua kamu pedoman dasar Pendidikan Seks yang diambil dari beberapa sumber, salah satunya Parenting Sex Edu for Kids: Age-By-Age-Stage Guide) dan Student Health Government: The Importance of Sex Education for Future Generation.
KENAPA SIH KITA HARUS BELAJAR PENDIDIKAN SEKS SESUAI UMURNYA?
Karena tingkat pemahaman dan perkembangan di tiap umur itu berbeda-beda. Kita gak bisa ngasih pemahaman untuk anak umur 15 tahun ke anak umur 5 tahun. Gitu juga, kita gak bisa cuek dan mengganggap “ah nanti juga mereka ngerti sendiri.” It’s a BIG NO.
Apalagi Pendidikan seks itu salah satunya berhubungan dengan gimana kita memperlakukan dan menjaga tubuh kita sendiri. Yang paling penting, juga berkaitan dengan kesehatan fisik maupun mental kita.
Pendidikan seks juga harus dimulai sejak dini untuk menghindari informasi yang salah (miss-informasi dan miskonsepsi). Karena, persepsi yang salah udah pasti bakal berpengaruh ke tiap aspek kehidupan dan cara pandang kita terhadap sesuatu. Dan satu hal lagi, seks dan hubungan adalah naluri alami karena manusia itu mahluk sosial. Jadi akan lebih baik bila kita menjalani seks dan hubungan yang sehat dengan belajar tentang kedua hal tersebut.
PENDIDIKAN SEKS SESUAI UMURNYA, APA AJA YANG HARUS DIPELAJARI? BALITA: USIA 13 – 24 BULAN
Di usia ini, orang tua harus mengajari tentang fungsi dan perbedaan organ intim (genital) laki-laki dan perempuan.
Kenapa? Supaya anak-anak paham dan mengerti bagian tubuhnya sendiri. Kenapa laki-laki dan perempuan itu berbeda, mana bagian tubuh yang boleh dan gak boleh disentuh supaya menghindari kekerasan dan pelecehan seksual. Ingat lho, pelecehan seksual itu gak melihat gender dan bisa terjadi pada siapapun!
Tips: walaupun mungkin orang tua agak malu dan segan, tapi gunakan istilah asli, yaitu ‘penis’ dan ‘vagina’. Bukan pakai nama julukan atau diperhalus. Supaya bila terjadi sesuatu, balita bisa langsung memberitahukan apa yang terjadi dengannya.PRESCHOOLER: 2 – 4 TAHUN
Yang harus difokuskan pada usia ini adalah tentang PRIVASI, BATASAN, dan CONSENT (izin).
Kenapa? Di usia ini anak-anak mulai ngerasa penasaran dengan tubuhnya sendiri dan orang lain. Mereka kan mulai menyentuh untuk merasakan. Inilah pentingnya orang tua untuk ngasih tau kalau tubuh adalah hak privasi diri yang gak boleh disentuh sembarangan tanpa seijin pemilik tubuh. Dan harus ngasih tau juga batasannya seperti apa, misalnya harus bertanya dulu sebelum menyentuh. Sebaliknya, orang tua juga harus tegas apabila ada orang lain mau menyentuh si anak. Gak dibenarkan hanya karena lucu, tangan langsung menyambar mengelus atau mencubit pipi sementara anak bisa jadi ngerasa gak nyaman dengan hal ini. Atau si anak malah akan berpikir kalau gak apa-apa menyentuh tanpa ijin.Tips: mereka juga akan mulai bertanya ‘dari mana bayi datang’. Jelaskan secara singkat, bukan tentang seks, tapi lebih kepada penjelasan secara halus kalau ini adalah cara bagaimana keluarga terbentuk.
ANAK-ANAK: 5 – 8 TAHUNAjari tentang pubertas: perubahan fisik, kebersihan, dan self-care. Di usia ini, anak-anak perempuan sudah ada yang dapat haid pertama (menarche), jadi harus mulai diajarkan bagaimana cara memakai dan membersihkan pembalut, dan apa aja yang harus mereka pahami tentang menstruasi (haid). Serta informasi dasar tentang relastionship dan reproduksi (seks).
Kenapa? Untuk anak yang besar di era digital, rasa penasaran mereka lebih besar. Apalagi rasa ketertarikan dengan lawan jenis mulai tumbuh, jadi orang tua harus lebih waspada dengan perubahannya. Diskusikan penggunaan digital yang baik, bila perlu jelaskan tentang ap aitu pornography (in case mereka melihat konten tersebut).
Akan ada banyak pertanyaan tentang eksplorasi tubuh di usia ini, so, parents be prepare and don’t ignore it!
Tips: menurut Nadine Thornhill, seks educator dan juga seorang ibu. Di usia ini, orang tua bisa berbicara secara eksplisit tentang seksualitas dan consent, guna menghindari sexual abuse. Atau ketika si anak melihat hal tersebut sehingga dia bisa segera tau kalau tersebut salah dan bisa melaporkannya.
PRE-TEENS: 9 – 12 TAHUN
Di umur ini, kita sebagai remaja udah ngalamin perubahan emosional dan sosial. Khususnya buat cewek, kita mulai perhatian dengan penampilan fisik. “kenapa kulit gue gak seputih dia,” “kenapa gebetan gue lebih suka sama cewek itu,” dan lain sebagainya.
Nah buat para orang tua, penting banget nih buat ngasih perhatian ekstra dan harus sering ngobrol tentang masalah seksual. Ngasih tau seks itu apa, risiko dan penyakit seksual, hubungan yang sehat itu kayak gimana, dan yang paling penting beri pengertian kalau pacaran gak berarti harus ditunjukkin dengan hubungan fisik (NO FREE SEX!). Film Dua Garis Biru bisa ngasih gambaran jelas tentang risiko kehamilan di luar nikah.
Tips: karena usia ini udah bebas dengan digital apalagi sosial media, sangat disaranin kalau orang tua bisa luangin waktu untuk diskusi tentang keamanan internet dan rules. Apa yang bisa dan gak bisa anak share di dunia digital dan risikonya. Karena sekali sharing, jejak digital itu gak akan bisa dihapus.
Last but not least, masih menurut Nadine Thornhil, berbicara terbuka tentang pendidikan seks ke anak sejak usia dini akan sangat membantu mereka ketika udah dewasa nanti. Gak cuma si anak jadi bisa menjaga diri, mereka pun akan nyaman untuk berbicara dengan orang tuanya karena udah ada kepercayaan yang dibangun sejak kecil.
Daripada si anak mencari tau sendiri, akan lebih baik mereka berbicara langsung dengan orang dewasa yang bisa mereka percaya dan pasti aman, yaitu orang tuanya.
Foto: Shutterstock, Freepik